SourcYt Ravacana Films
Film Tilik ini berkisah tentang rombongan ibu-ibu yang dengan sukarela berangkat dari kampungnya menuju rumah sakit. Tujuannya adalah menjenguk (tilik) Ibu Lurah yang tengah dirawat di rumah sakit. Rombongan ini berangkat dengan berdiri berdesakan di atas sebuah truk sewaan yang jadi pusara cerita. Di atas truk, beberapa ibu-ibu berbincang, ngobrol, dan tentu saja bergunjing. Diawali dari Bu Tedjo yang membuka suara tentang salah satu gadis bernama Dian yang kedapatan pergi dengan anak lelaki Ibu Lurah ke rumah sakit. Munculah serentetan opini dari para ibu-ibu. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Bu Tedjo enggak berhenti ngomong. Topiknya satu, Dian.
Bu Tejo dianggap pahlawan karena desas-desus yang ia bicarakan selama perjalanan ternyata menjadi sebuah kebenaran di akhir film. Tapi perlu diingat juga di tengah perjalanan beliau berusaha menarik simpatisan guna pemilihan lurah selanjutnya (uang sogokan untuk Gotrek), tidak membantu mendorong truk ketika mogok, melawan hukum dengan cara menyerang polisi bahkan menjadi provokator bagi ibu-ibu yang lain, menjadikan orang lain sebagai obyek perghibahan tetapi jika terjadi pada anggota keluarganya maka ia akan emosi dan tidak terima.
Film pendek ini merepresentasikan dari masyarakat Indonesia, mulai dari level keluarga sampai negara . Bu Tejo mewakili mereka yang suka mencampuradukkan data dan fakta secara acak, yang bahkan entah valid atau tidak, untuk menarik kesimpulan secara tidak sah. Yu Ning mewakili mereka yang membela seseorang karena kedekatan emosionalnya, tapi tidak membekali diri dengan data dan fakta untuk mengcounter isu, bahkan mungkin justru menutup diri dari data dan fakta, tidak mencoba mengkritisinya. Ketika keduanya dipertemukan hanya menghasilkan debat kusir.
Di satu sisi film ini juga mengangkat salah satu budaya kita yg sekarang bisa dibilang ya masih ada tapi udah jarang yaitu budaya 'TILIK', menjenguk ramai-ramai orang sakit baik itu ke rumah sakit atau ke rumahnya, ibu-ibu akan berjuang bagaimanapun caranya utk sekedar menjenguk atau melihat langsung sodara atau tetangga yg sakit. Kearifan lokal yg berisi nilai kepedulian yang tinggi dengan orang di sekitar. Dan di film ini bener-bener sukses merekam budaya itu, seperti yu ning yg bener2 niat tulus menjenguk dan ibu-ibu yang juga semangat walaupun akhirnya tidak bisa ketemu langsung dengan bu lurah.
Pada akhirnya, Tilik menancapkan hal baru film pendek di Indonesia. Tak menutup kemungkinan jika sosok Bu Tedjo yang viral bersama ibu-ibu di truk Gotrek bisa punya cerita lain.
Komentar
Posting Komentar